
(diterbitkan di harian Fajar Makassar, tgl 28 Juni 2014)
Oleh
AArsunan Arsin
Pembina Utama FKM Universitas Hasanuddin.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu masalah utama perkotaan adalah padatnya kendaraan di jalur lalu lintas jalan-jalan utama, kondisi ini terjadi akibat sangat tidak seimbangnya pertambahan nominal kendaraan (roda empat dan roda dua) dengan ruasjalan raya tersedia. Masyarakat pengguna jalanmerasakan jenuh dengan rutinitas melelahkan dan banyak waktu terbuang percuma dan tidak sedikit pengguna jalan kesulitan mengalokasi waktu kerja dan aktifitas kesehariannya.
Kemacetan ‘traffic-jam’ lalu lintas merupakan fenomena umum masyarakat perkotaan di Indonesia, kondisi macet merupakan akumulasi berbagai faktor, antara lain meningkatnya pengguna dan volume kendaraan, perilaku berkendara sebagian masyarakat tidak-sabaran dan cenderung untuk saling mendahului, juga belum optimalnya mematuhi rambu lalu lintas, masih semrawutnya kondisi jalan raya akibat masih ada jalan berlubang dan traffic-light belum semua berfungsi dengan baik. Kemacetan berimplikasi bagi kesehatan pangguna jalan, baik kesehatan mental maupun kesehatan fisik. Pengguna jalan merasakan lelah dan secara psikis merasakan stres ditandai dengan emosi dan frustrasi. Selain itu kelelahan fisik juga dialami pengguna jalan berupa tubuh terasa pegal, ngilu, rasa mual, pusing dan berbagai keluhan lainnya.
Polusi udara
Hasil pembakaran emisi kendaraan bermotor merupakan penyumbang utama polusi udara
diperkotaan, pembakaran bahan bakar mesin menghasilkan gas buangan antara lain partikulat gas karbonmonoksida (CO), gas plumbum/timbal (Pb) dan partikulat tersupensi total (TSP), gas buangan menjadi zat polutan dan merupakan komponen penting yang potensial mengganggu kesehatan.
Efek kesehatan ditimbulkan zat polutan tergantung besarnya paparan (kadarnya di udara dan lama paparan) juga faktor kerentanan individu bersangkutan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa meningkatnya paparan gas buangan di jalan raya berpotensi menyebabkan polusi udara, dan hal ini menjadi sesuatu yang serius karena dapat berimplikasi banyaknya volume asap yang dihirup oleh para pengguna Dampak kesehatan
Kemacetan lalu lintas pada setiap titik ‘spot’ macet memungkinkan terjadinya akumulasi dari berbagai gas buangan kendaraan bermotor, meningkatnya gas buangan yang bercampur di udara inilah menjadi pemicu gangguan kesehatan pada masyarakat yang rutin dan tiap hari terapapar dan terjebak macet lalu lintas.
Berikut dipaparkan hasil pengamatan konsentasi CO, Pb, dan TSP, oleh mahasiswa program Magister Epidemiologi FKM Universitas Hasanuddin di empat titik jalan(perempatan Tello, perempatan Daya, perempatan Masuk Bandara, dan Pertigaan Alauddin), tempat ini paling sering mengalami macet di kota Makassar (Maret 2014)diperoleh konsentrasi rerata gas karbonmonoksida (CO) adalah 1653,734 ug/Nm3 < nilai baku mutu 10.000 ug/Nm3, gas plumbum/timbal (Pb) 0,0488 ug/Nm3 < nilai baku mutu 2 ug/Nm3, dan zat debu partikulat tersuspensi total (TSP) 143 ug/Nm3. Mengacupengamatan ini, gas buangan pada tempat titik kemacetan lalu lintas belum masuk kategori ‘berbahaya’ tapi jika setiap hari terpapar gas buangan ‘polutan’ maka diperkirakan akan memicu gangguan kesehatan masyarakat penggunaan jalan.
Gas karbonmonoksida (CO)
Gas buangan yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor, ditemukan konsentrasinya meningkat di jalan padat lalu lintas dan lebih tinggi lagi pada tempat-tempat atau spot macet yang sudah menjadi rutinitas harian..
Karbon monoksida yang dihirup manusia dapat menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen dengan cara mengikat sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Pada jumlah kecil dapat menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dikirim ke otak, organ dan otot lainnya. Anak-anak rentan karena organ tubuh masih dalam masa pertumbuhan. Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok masyarakat paling
rentanterhadap paparan karbonmonoksida. Juga ibu hamil berisiko kurangnya pasokan oksigen dalam plasenta dan janin yang berimplikasi pada bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.
Gas plumbum/timah (Pb)
Salah satu sumber polutan timbal adalah penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, Pada pembakaran bensin, hasil gas buang timbal organik berubah bentuk menjadi timbal anorganik. Timbal yang terhirup manusia setiap hari akan diserap, disimpan dalam darah. Gas ini dapat diabsorbsi tubuh melalui saluran pernafasan, kulit dan membran mukosa.
Sebagian gas buangan timbal masuk kealiran darah dan paru-paru, selebihnya masuk kedalam sistim pencernaan dan dikeluarkan melalui feces, urin dan keringat.Timbal dapat menyebabkan keracunan akut maupun keracunan kronik. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut, bisa berlanjut kelainan fungsi otak, anemi dankerusakan ginjal. Pada keracunan kronik (menahun) menjadi target adalah organsusunan saraf pusat (SSP) dapat menimbulkan gejala seperti depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat menurun, sulit tidur, halusinasi dan kelemahan otot.
Partikulat Tersuspensi Total (TSP)
Partikulat debu bersumber dari abrasi tanah, debu jalan ataupun akibat agregasisisa gas buangan pembakaran. Partikulat debu berada di udara dalam kurun wakturelatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian dihirup masuk ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara,ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1mikron sampai dengan 10 mikron dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli (gangguan sistim pernapasan). Partikulat debu yang lebih besar dapat menyebabkan iritasi saluran pernaaasan, mata dan kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar