Label

Rabu, 27 Agustus 2014

Virus Mers-CoV

Virus Mers-CoV ........


Handout transmission electron micrograph shows particles of the Middle East respiratory syndrome coronavirus

       Setelah hampir 2 bulan lamanya tidak ada kasus baru tertular virus Mers Corona menjelang bulan Ramadhan lalu, Kementerian Kesehatan Arab Saudi kembali mendapati pasien baru yang tertular sindrom pernafasan Timur Tengah.
         Dalam pernyataan resmi Kementerian Kesehatan Arab Saudi hari Senin (25/08) kemarin menyatakan satu orang asal Dammam positif tertular virus Corona. Tercatat sejak kemunculannya di tahun 2012 lalu, virus Mers Corona telah menginfeksi 724 orang, 301 diantaranya meninggal dunia dan 399 lainnya dinyatakan sembuh. Hingga kini masih tedapat 24 pasien yang tertular mers Corona masih dalam perawatan intensif. (Dostor/Ram)


TRAFFIC-JAM DAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT

Traffic-Jam dan Masalah KesehatanMasyarakat  

(diterbitkan di harian Fajar Makassar, tgl 28 Juni 2014)
                                 
Oleh                                                            
AArsunan Arsin                               
Pembina Utama FKM  Universitas Hasanuddin.

Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu masalah utama perkotaan adalah padatnya kendaraan di jalur lalu lintas jalan-jalan utama, kondisi ini terjadi akibat sangat tidak seimbangnya pertambahan nominal kendaraan (roda empat dan roda dua) dengan ruasjalan raya tersedia. Masyarakat pengguna jalanmerasakan jenuh dengan rutinitas  melelahkan dan  banyak waktu terbuang percuma dan tidak sedikit pengguna jalan kesulitan mengalokasi waktu kerja dan aktifitas kesehariannya.
Kemacetan ‘traffic-jam’ lalu lintas merupakan fenomena umum masyarakat perkotaan di Indonesia, kondisi macet merupakan akumulasi berbagai faktor, antara lain meningkatnya pengguna dan volume kendaraan, perilaku berkendara sebagian masyarakat tidak-sabaran dan cenderung untuk saling mendahului, juga belum optimalnya mematuhi rambu lalu lintas, masih semrawutnya kondisi jalan raya akibat masih ada jalan berlubang dan traffic-light belum semua berfungsi dengan baik. Kemacetan berimplikasi bagi kesehatan pangguna jalan, baik kesehatan mental maupun kesehatan fisik. Pengguna jalan merasakan lelah dan secara psikis  merasakan stres ditandai dengan emosi dan frustrasi. Selain itu kelelahan fisik juga dialami pengguna jalan berupa tubuh terasa pegal, ngilu, rasa mual, pusing dan berbagai keluhan lainnya.

Polusi udara
Hasil pembakaran emisi kendaraan bermotor merupakan penyumbang utama polusi udara 
diperkotaan, pembakaran bahan bakar mesin menghasilkan gas buangan antara lain partikulat gas karbonmonoksida (CO), gas plumbum/timbal (Pb) dan partikulat tersupensi total (TSP), gas buangan menjadi zat polutan dan merupakan  komponen penting yang potensial mengganggu kesehatan.
Efek kesehatan ditimbulkan zat polutan tergantung besarnya paparan (kadarnya di udara dan lama paparan) juga faktor kerentanan individu bersangkutan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa meningkatnya paparan gas buangan di jalan raya berpotensi menyebabkan polusi udara, dan hal ini menjadi sesuatu yang serius karena dapat berimplikasi banyaknya volume asap yang dihirup oleh para pengguna Dampak kesehatan
Kemacetan lalu lintas pada setiap titik ‘spot’ macet memungkinkan terjadinya akumulasi dari berbagai gas buangan kendaraan bermotor, meningkatnya gas buangan yang bercampur di udara inilah menjadi pemicu gangguan kesehatan pada masyarakat yang rutin dan tiap hari terapapar dan terjebak macet lalu lintas.
Berikut dipaparkan hasil pengamatan konsentasi CO, Pb, dan TSP, oleh mahasiswa program Magister Epidemiologi FKM UniversitaHasanuddin di empat titik jalan(perempatan Tello, perempatan Daya, perempatan Masuk Bandara, dan Pertigaan Alauddin), tempat ini paling sering mengalami macet di kota Makassar (Maret 2014)diperoleh konsentrasi rerata  gas karbonmonoksida (CO) adalah 1653,734 ug/Nm3 < nilai baku mutu 10.000 ug/Nm3, gas  plumbum/timbal (Pb) 0,0488 ug/Nm3 < nilai baku mutu 2 ug/Nm3, dan zat debu partikulat tersuspensi total (TSP) 143 ug/Nm3. Mengacupengamatan ini, gas buangan pada tempat titik kemacetan lalu lintas belum masuk kategori ‘berbahaya’ tapi jika setiap hari terpapar gas buangan ‘polutan’ maka diperkirakan akan memicu gangguan kesehatan masyarakat penggunaan jalan.
   
Gas karbonmonoksida (CO)
Gas buangan yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor, ditemukan konsentrasinya meningkat di jalan padat lalu lintas dan lebih tinggi lagi pada tempat-tempat atau spot macet yang sudah menjadi rutinitas harian..    
Karbon monoksida yang dihirup manusia dapat menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen dengan cara mengikat sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Pada jumlah kecil dapat menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dikirim ke otak, organ dan otot lainnya. Anak-anak rentan  karena organ tubuh masih dalam masa pertumbuhan. Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok masyarakat paling 
rentanterhadap paparan karbonmonoksidaJuga ibu hamil berisiko   kurangnya pasokan oksigen  dalam plasenta dan janin yang berimplikasi pada bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.

Gas plumbum/timah (Pb)
Salah satu sumber polutan timbal adalah penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, Pada pembakaran bensin, hasil gas buang timbal organik berubah bentuk menjadi timbal anorganik. Timbal yang terhirup manusia setiap hari akan diserap, disimpan dalam darah. Gas ini dapat diabsorbsi tubuh melalui saluran pernafasan, kulit dan membran mukosa.
Sebagian gas buangan timbal masuk kealiran darah dan paru-paru, selebihnya masuk kedalam sistim pencernaan dan  dikeluarkan melalui feces, urin dan keringat.Timbal dapat menyebabkan keracunan akut maupun keracunan kronik. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut, bisa berlanjut kelainan fungsi otak, anemi dankerusakan ginjal. Pada keracunan kronik (menahun) menjadi target adalah organsusunan saraf pusat (SSP) dapat  menimbulkan gejala seperti depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat menurun, sulit tidur, halusinasi dan kelemahan otot.


Partikulat Tersuspensi Total (TSP)
Partikulat debu bersumber dari abrasi tanah, debu jalan ataupun akibat agregasisisa gas buangan pembakaran. Partikulat debu berada di udara dalam kurun wakturelatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian dihirup masuk ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara,ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1mikron sampai dengan 10 mikron dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli (gangguan sistim pernapasan)Partikulat debu yang lebih besar dapat menyebabkan iritasi saluran pernaaasan, mata dan kulit.







RESPONS MASALAH KESEHATAN PASCALEBARAN

Respons Masalah Kesehatan Pasca-Lebaran

Oleh
A Arsunan Arsin
Pembina Utama FKM Universitas Hasanuddin

(dipublikasikan di Harian Tribun Timur, 22 Juli 2014)

Sedikit hari lagi bulan puasa berlalusebulanpenuh kaum muslimin menjalankannya denganmenahan diri dari semua hal yang bisa membatalkanpuasa termasuk mengistirahatkan pencernaan di siang hari dengan mengekang diri darituntutan makan dan minum. Selama bulan puasa telah terjadi perubahan ritme asupan‘intake’ makanan dan minuman yang diabsobsi oleh sistim pencernaan. Untuk itukondisi yang mesti diwaspadai pascalebaran adalah terjadinya transisi asupankonsumsi secara tiba-tiba  dan cenderung tidak terkontrol.
Momentum lebaran merupakan suasana yang penting dan ditunggu-tunggu bagimasyarakat yang telah menjalankan ibadah puasa, momentum ini dimanfaatkanbersilaturrahim dengan saudara, kerabathandai-tolan dan segenap relasi lainnya untuksaling bermaafan atas segala dosa dan khilaf di masa yang lalu. Momentmenggembirakan ini selalu disertai dengan berbagai suguhan hidangan makanan,minuman dan camilan lainnya. Namun, ada satu hal yang sering terlupakan pada momentum lebaran tersebut, yakni masalah kesehatan !. Pada saat moment lebaraniniberbagai masalah kesehatan patut diwaspadaiantara lain biasanya penyakit diaremengalami peningkatan kasus utamanya pada anak-anak dan orang tua lanjut usia,potensi meningkatnya kekambuhan penyakit seperti jantung, diabetes, hipertensi danpenyakit metabolik lainnya.
Sudah menjadi tradisisilaturahim saat berlebaran selalu disuguhkan  berbagaimacam makanan dan minuman,   baik di rumah maupun tempat-tempat yang dikunjungiuntuk bersilaturahmi. Kondisi inilah yang biasanya membuat asupan konsumsi tidakterkontrol apalagi terkesan sebulan penuh ‘menahan’ yang berimpilkasi terjadinyabalas dendam pada berbagai jenis makanan dan minuman.
Faktor lainnya yang bisa menimbulkan masalah kesehatan adalah kondisi tubuh yang kurang fit setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuhbegitu hari lebarantibamasyarakat biasanya tanpa istirahat yang cukup dan langsung beraktifitas’ tinggiuntuk merayakan dan bergembira dengan sanak keluargatingginya aktifitas fisik iniberpotensi menyebabkan kelelahan dan menurunnya daya tahan tubuh serta rentanterpapar dan tertular penyakit.
Transisi pola makan yang drastispola makan selama bulan puasa berbeda denganpola makan setelah berlebaransebulan penuh berpuasa tiba-tiba disuguhi anekaragam makanan dan minuman dapat menyebabkan kekagetan pada tubuh danpencernaan. Masyarakat kita biasanya mengalami euforia makanan aliasmengkonsumsi banyak jenis  makanan yang dihidangkan sehingga perncernaan yangbiasanya kosong selama bulan puasa menjadi kaget, hal ini biasa disebut dengan‘shock-metabolism’, belum lagi makanan yang dikonsumsi tidak dikontrol dengan baik,keadaan ini meningkatkan risiko terkena penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

Penyakit Diare
Diare akut merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek bahkandapat berupa air saja yang frekuensinya tiga kali atau lebih dalam sehari. Biasanyadiare terjadi karena ada infeksi,  alergi, keracunandan karena malabsorbsiSelainfaktor tersebut juga karena adanya peran kekagetan pencernaan pascalebaranbisajuga  karena komposisi makanan yang dikonsumsi banyak mengandung santan, pedasdan mengandung asam. Patut juga diwaspadai tingginya potensi makananterkontaminasi dengan zat-zat atau kuman yang bisa menyebabkan diare. Menurutlaporanangka kejadian diare paling tinggi pascalebaran.

Penyakit jantung, diabetes dan hipertensi
Berbagai penyakit kronik umumnya berisiko mengalami kekambuhan pascalebaran,salah satu faktor penting adalah tidak terkontrolnya asupan makanan yang dikonsumsi,hidangan yang mengandung kadar kolesterol tinggi dengan sangat mudah dijumpaipada saat bersilaturrahim dengan segenap kolega dan kerabat lainnyatanpapengendalian yang baik maka makanan berkolesterol yang dikonsumsi menjadi pemicukambuhnya berbagai penyakitseperti makanan asin dan gurih mengandung kadargaram yang tinggi dapat memicu tekanan darah dan hipertensi Puasa akanmenurunkan matabolisme tubuhsaat berlebaran kondisi seperti ini tiba-tiba berubah,tingginya asupan makanan dan minuman ‘over-feeding’ yang mengandung zat gula,garam dan protein tinggi dapat meningkatkan kadar gula darahtinggi kalori dan tinggikadar lemak.   Masyarakat yang punya riwayat penyakit seperti jantung, diabetes danhipertensi dengan mudah dapat mengalami kekambuhan akibat tingginya asupanmakanan dengan komposisi yang telah disebutkan dan masyarakat biasa lalai denganriwayat penyakit yang dideritakeadaan ini dapat memicu risiko kekambuhan penyakit.  Juga penderita sakit dispepsia atau 'maag' yang sudah sembuh berisiko mengalamikekambuhan karena makan tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang berlemaksecara berlebihan. Bahkan penyakit asam urat bisa kambuh dan dapat menyerangdisebabkan oleh tingginya konsumsi makanan yang mengandung zat purin sepertimakan ‘jeroan’ daginghatiotakampelaparu dan usus di saat berlebaran.
Akhir kataselamat merayakan hari lebaran, nikmatilah hidangan yang disajikantanpa berlebihantetaplah memperhatikan santapan yang higienis (bersih dan sehat)dan mensikapi nafsu dan selera makan secara proporsional. Bagi masyarakat yangpunya riwayat penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis(diabetes), jantung koroner dan penyakit kronis lainnyasebaiknya tetap melakukanpengendalian dan menjaga pola makan serta terus menjaga kondisi tubuh sepertiistirahat dan olah raga yang cukup,  banyak makan buah-sayuran yang berserat danbanyak minum air putih agar supaya tubuh tetap fit. Kita perlu mengingat pesansahabat rasul  Ali bin Abu Thalib ‘tidak ada kesehatan bagi orang yang banyak makan’.

Senin, 25 Agustus 2014

Judul Gambar




...berpose dgn latar patung liberty 'versi Tokyo', medio Nov'07.....

Respon Epidemik Penyakit di Musim Hujan

Tulisan ini di publikasikan di Harian Fajar, tgl 11 Februari 2014



Respons Epidemik Penyakit di Musim Hujan
Oleh: A. ArsunanArsin
Guru Besar Epidemiologi FKM Universitas Hasanuddin
Selain karena rumah tergenang air, waktu produktif berkurang karena terkendala oleh situasi banjir, ditambah lagi munculnya potensi risiko yang mengancam kesehatan masyarakat.
Pada setiap pergantian musim seharusnya diantisipasi dengan terjadinya perubahan pola penyakit di masyarakat. Berdasarkan data badan meteorologi dan geofisika,  musim hujan diprediksi berlangsung sampai pada bulan April, bahkan Mei 2014. Hal ini menunjukkan rentang waktu yang cukup lama,  (awal musim hujan terjadi sejak bulan Oktober 2013) sudah barang tentu akan membawa banyak permasalahan Bukan hanya persoalan banjir tapi tentu saja berbagai implikasi yang menyertainya seperti menjangkitnya berbagai penyakit yang terkait dengan musim  dan juga penyakit akibat banjir. Sejumlah penyakit yang potensial berjangkit di masyarakat, antara lain  didapatkan tujuh penyakit menular utama yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan RI yaitu: Diare, Demam Berdarah, Leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Penyakit Kulit, Penyakit Saluran Cerna Lain, dan Perburukan Penyakit Kronis yang mungkin Sudah Diderita.
Ketujuh penyakit tersebut erat kaitannya dengan Lingkungan dan
Hygiene perorangan. Seperti diare, penyakit ini berkaitan dengan kurang tersedianya air bersih, hal ini disebabkan curah hujan yang tinggi dan potensi banjir meningkat dan pada gilirannya beberapa sumber dan mata air tercemar. Penyakit lain yang bisa timbul akibat tidak baiknya hygiene perorangan adalah penyakit kulit, hal ini bisa terjadi karena masyarakat biasanya ‘tidak teratur’  menjaga kebersihan diri dan juga dipicu meningkatnya kelembapan udara secara sporadis yang memungkinkan bakteri dan jamur dapat berkembang biak dengan baik.
Pada musim hujan beberapa penyakit yang berjangkit, dimana hewan sebagai pembawa dan potensial sebagai hewan penular (zoonosis) patut  diwaspadai,. Hal ini menyebab kanterjadinya peningkatan tempat perkembangbiakan  nyamuk.  Telur nyamuk aedes aegypty (vektor demam berdarah) akan menetas, selanjutnya jentik nyamuk menemukan ‘media’ untuk berkembang dengan cepat dan pesat menjadi nyamuk dewasa. Perilaku nyamuk ini tidak senang dengan permukaan air yang kontak langsung dengan tanah, dengan curah hujan yang tinggi memungkinkan terciptanya breeding-site ‘dadakan’ dalam bentuk penampungan air alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, talang rumah dan lain-lain yang secara insidentil terisi genangan air hujan, kondisi ini menambah banyak tempat perkembang biakan nyamuk tersebut. Begitu juga dengan nyamuk anopheles pembawa penyakit malaria (vektor malaria), musim hujan menjadi ‘rejeki-nomplok’ bagi nyamuk anopheles karena kesenangannya berkembangbiak pada air yang kontak langsung dengan tanah. Curah hujan yang tinggi potensial menciptakan genangan air di pelbagai tempat, tidak heran kalau curah hujan  tinggi di klaim sebagai faktor risiko potensial meningkatnya prevalensi kedua penyakit tersebut.
Bukan hanya itu hewan seperti tikus juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan penyakit yang biasa disebut Leptospirosis. Tentu saja kita tidak harus menunggu sakit untuk melakukan penanggulangan, ada banyak hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan, selanjutnya dari aspek epidemiologi, respon yang dilakukan dengan mengamati prinsip kejadian penyakit, yakni terjadi interaksi Agent (unsur penyebab), Host (pejamu/manusia), dan Environment (unsur lingkungan), interaksi yang tidak seimbang (inbalancing) dari ketiga unsur tersebut sebagai pemicu terjadinya penyakit.
Agent
Pada musim hujan agent-agent penyebab penyakit   berasal dari mikroorganisme, dan kuman ini bisa tumbuh dan berkembang pesat pada beberapa kondisi seperti adanya faktor iklim. Karena faktor iklim ikut mempengaruhi kondisi agent (kuman) penyakit, adalah faktor yang tidak bisa dirubah (un-changeable risk factor), maka salah satu jalan yang harus dilakukan adalah mengendalikan (kontrol) semua faktor yang terkait langsung dengan ‘media’ yang memungkinkan terjadi penjangkitan kuman kemanusia, antara lain dengan mengendalikan keberadaan vektor dan reservoar pembawa kuman penyakit.
Host
Host dalam hal ini manusianya baik sebagai subyek maupun sebagai obyek penyakit, sudah barang tentu harus meningkatkan kewaspadaan terhadap peluang berjangkitnya berbagai penyakit di musim hujan, khsususnya penyakit yang endemis di wilayah-wilayah tertentu (seperti DBD dan Malaria). Memperbaiki perilaku hidup sehat, harus terus dikumandangkan.

Environment
Faktor yang tidak kalah pentingnya  adalah memperbaiki semua komponen yang bisa menjadi pemicu baik langsung maupun tidak langsung terhadap berjangkitnya penyakit. Menjaga kondisi lingkungan seperti, mengurangi potensi terjadinya genagan air dengan memperbaiki saluran di got-got, melakukan abatisasi dan fogging secara berkala, mengendalikan potensi tertimbunnya sampah
Faktor lainnya yang harus diantisipasi di musim hujan adalah memanfaatkan peran pelayanan kesehatan, jika ada anggota masyarakat  mengalami kelainan kesehatan ‘penyakit’, cepat mendatangi tempat pelayanan kesehatan, hal ini penting untuk mencegah terjadinya perlangsungan penyakit ‘komplikasi’ yang pada gilirannya bisa memicu perlangsungan penularan penyakit di musim hujan.
Hujan merupakan berkah dan sesuatu hal yang dinantikan sebagian orang, karena hujan bisa memberikan berkah ‘menyejukkan’, dan juga sebagian besar petani untuk mengolah dan menggarap sawah-ladangnya. Namun, sebagian orang menganggap musim hujan tidak menjadi berkah melainkan menjadi masalah dan ancaman, terlebih di lokasi dan daerah rawan banker, musim hujan menjadi potensi yang bisa menjelma ‘petaka’.