PERAN
SURVEILANS DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT
Oleh: A Arsunan Arsin
Guru Besar
Epidemiologi FKM
Universitas
Hasanuddin
Berbagai
masalah kesehatan muncul di masyarakat tidak lain dan tidak bukan karena kurangnya pemantauan dan kewaspadaan
dini, hal ini menimbulkan potensi ‘ledakan’ penyakit yang cenderung berulang di
tengah masyarakat. Kondisi pemantauan dini selayaknya terus dikembangkan
terhadap pola kejadian penyakit di setiap wilayah, khususnya penyakit tertentu
yang cenderung ‘laten dan endemis’ di wilayah dan pemukiman tertentu,
masyarakat perlu memahami dengan baik fungsi pemantauan penyakit dan
kewaspadaan sedini-mungkin. Salah satu tugas penting dari pemangku kepentingan dan perangkat kesehatan adalah
mensosialisasikan fungsi surveilans di kalangan masyarakat.
Istilah
Surveilans belum terlalu dikenal masyarakat umum, masyarakat lebih sering
mendengar dan lebih akrab dengan istilah
‘Survai’. Secara harfiah, Surveillance berasal dari kata
survey yang artinya mendata sesuatu atau mencatat dan atau mengawasi. Surveilans kesehatan ialah suatu kegiatan pengumpulan
data secara sistematis, kemudian
dianalisis, diinterpretasi, dan dilakukan diseminasi hasil dari data yang diperoleh
terkait dengan peristiwa
atau kejadian yang menyangkut kesehatan untuk kemudian digunakan dalam tindakan
mengurangi angka kesakitan
‘morbiditas’ dan angka kematian ‘mortalitas’ serta pada
gilirannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dari aspek epidemiologi, surveilans merupakan pengamatan secara teratur dan terus
menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu baik keadaan maupun
penyebarannya dalam suatu kelompok penduduk tertentu untuk kepentingan
pencegahan dan penanggulangan. Di sini jelas terlihat bahwa dalam surveilans
ditekankan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus dan berkelanjutan yang sifatnya ‘sustainable’.
Pentingnya kegiatan surveilans
sedapat-mungkin memberikan informasi dan data yang tepat waktu tentang masalah
kesehatan di suatu wilayah dan lokasi
tertentu, hal ini memudahkan petugas kesehatan (dokter, ners, epidemiolog,
health-planner, sanitarian, nutrision dan ahli kesehatan lainnya) untuk segera melakukan tindakan penanggulangan atau
mencegah ‘merebaknya’ penyakit, terlebih penyakit yang sifatnya musiman. Salah
satu manfaat langsung dalam pengendalian penyakit, misalnya di suatu wilayah
atau daerah dilakukan surveilans yang teratur, maka dengan mudah penanggulangan
penyakit dilakukan dengan pendekatan
‘bridge-theory’ yakni mencegah dan memotong jalur berjangkitnya penyakit,
dengan tersedianya informasi akurat
mengenai penyakit tertentu yang cenderung ‘mewabah’ dari tahun ke tahun pada
bulan-bulan tertentu, maka dengan teori ini, petugas kesehatan dapat mengantisipasi satu atau dua bulan
sebelum ‘waktu’ masa kejadian penyakit yang telah diperkirakan sebelumnya.
Artinya, petugas kesehatan bisa menginformasikan ke masyarakat luas untuk
secara bersama-sama ikut memikirkan dan melakukan tindakan mengurangi atau menghilangkan faktor risiko
apa saja berpeluang memicu munculnya
penyakit.
Fungsi survailens lainnya dengan mengamati terus-menerus (kontinu)
secara sistematis mengenai perubahan dan kecenderungan pola penyakit dan faktor
risiko terkait, serta hasil pantauan dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk ‘data’
yang siap didiseminasikan (sebar-luaskan) untuk diketahui khalayak ramai
(masyarakat). Sehingga dapat dilakukan langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan
cepat dan tepat sasaran. Surveilans yang berkesinambungan memantau kondisi penyakit di masyarakat,
hasilnya memberikan pemahaman yang baik
bagi pemangku kepentingan dan memetakan
wilayah tertentu yang penduduknya rawan
terkena masalah kesehatan.
Surveilans bertujuan memberikan
informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan, sehingga penyakit dan faktor
risiko dapat dideteksi dini dan dilakukan respons pelayanan kesehatan lebih
efektif. Surveilans membantu memonitor kecenderungan atau trend penyakit. Mendeteksi perubahan mendadak
insidensi penyakit, mendeteksi dini
kejadian luar biasa ‘outbreak’, data fasilitas pelayanan kesehatan, menaksir beban penyakit (disease burden) di masyarakat;
menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,
monitoring, evaluasi program, cakupan dan
efektivitas program, mengidentifikasi
kebutuhan riset kesehatan. Semua ini
pada gilirannya berdampak menurunnya angka kesakitan dan kematian serta
meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
Untuk mengoptimalkan peran surveilans,
kegiatannya diperluas dengan melibatkan
masyarakat (community surveillance). Pelaksanaannya dengan merekrut anggota masyarakat untuk dilatih
menjadi kader kesehatan yang dapat melaksanakan tugas memantau dan mencatat data informasi kesehatan di wilayah kerjanya dan
melaporkan secara berkala.
Surveilans
aktif
Surveilans aktif melibatkan petugas khusus surveilans untuk mendata dan
melakukan kunjungan berkala dan berkesinambungan ke lapangan, desa-desa, tempat
praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah
sakit, atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, tujuannya mengidentifikasi dan mencatat adanya
kasus baru penyakit atau kematian, petugas tersebut aktif ‘mobile’ mencari dan aktif dalam penemuan kasus (case finding)
penyakit di masyarakat atau tempat
lainnya, juga mengkonfirmasi laporan adanya kasus baru.
Surveilans aktif dapat
mengidentifikasi dan memantau potensi kejadian luar biasa (outbreak) penyakit
dan juga trend penyakit di masyarakat.
Surveilans
pasif
Surveilans pasif memantau penyakit secara
pasif, dengan menggunakan data penyakit yang tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan. Surveilans pasif relatif lebih sederhana dilakukan hanya saja kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan
penyakit. Ada banyak kasus tidak
terlaporkan karena tidak semua penderita sakit akan mengunjungi fasilitas
kesehatan. Keterbatasan lainnya yakni biasanya tingkat pelaporan dan
kelengkapannya rendah, karena waktu
petugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen
pelaporan perlu dibuat ringkas, mudah terakses untuk dijadikan referensi dalam
pembuatan kebijakan kesehatan.
Setidaknya surveilans pasif telah
berkontribusi mengendalikan penyakit di
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar