Label

Rabu, 25 Juni 2014

PERAN SURVEILANS DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT

Diterbitkan pada Harian Fajar pada tanggal 19 April 2014


PERAN SURVEILANS  DALAM  PENGENDALIAN PENYAKIT
Oleh: A Arsunan Arsin
Guru Besar Epidemiologi FKM
Universitas Hasanuddin

Berbagai masalah kesehatan muncul di masyarakat tidak lain dan tidak bukan  karena kurangnya pemantauan dan kewaspadaan dini, hal ini menimbulkan potensi ‘ledakan’ penyakit yang cenderung berulang di tengah masyarakat. Kondisi pemantauan dini selayaknya terus dikembangkan terhadap pola kejadian penyakit di setiap wilayah, khususnya penyakit tertentu yang cenderung ‘laten dan endemis’ di wilayah dan pemukiman tertentu, masyarakat perlu memahami dengan baik fungsi pemantauan penyakit dan kewaspadaan sedini-mungkin. Salah satu tugas penting dari pemangku  kepentingan dan perangkat kesehatan adalah mensosialisasikan fungsi surveilans di kalangan masyarakat.  
Istilah Surveilans belum terlalu dikenal masyarakat umum, masyarakat lebih sering mendengar dan lebih akrab dengan  istilah ‘Survai’. Secara harfiah, Surveillance berasal dari kata survey yang artinya mendata sesuatu atau mencatat dan atau mengawasi. Surveilans kesehatan ialah suatu kegiatan pengumpulan data secara sistematis,  kemudian dianalisis, diinterpretasi, dan dilakukan diseminasi hasil dari data yang diperoleh terkait dengan peristiwa atau kejadian yang menyangkut kesehatan untuk kemudian digunakan dalam tindakan mengurangi angka kesakitan ‘morbiditas dan angka kematian ‘mortalitas serta pada gilirannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dari aspek epidemiologi, surveilans  merupakan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu kelompok penduduk tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan. Di sini jelas terlihat bahwa dalam surveilans ditekankan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan yang sifatnya ‘sustainable’.
Pentingnya kegiatan surveilans sedapat-mungkin memberikan informasi dan data yang tepat waktu tentang masalah kesehatan di suatu wilayah  dan lokasi tertentu, hal ini memudahkan petugas kesehatan (dokter, ners, epidemiolog, health-planner, sanitarian, nutrision dan ahli kesehatan lainnya) untuk  segera melakukan tindakan penanggulangan atau mencegah ‘merebaknya’ penyakit, terlebih penyakit yang sifatnya musiman. Salah satu manfaat langsung dalam pengendalian penyakit, misalnya di suatu wilayah atau daerah dilakukan surveilans yang teratur, maka dengan mudah penanggulangan penyakit  dilakukan dengan pendekatan ‘bridge-theory’ yakni mencegah dan memotong jalur berjangkitnya penyakit, dengan tersedianya informasi  akurat mengenai penyakit tertentu yang cenderung ‘mewabah’ dari tahun ke tahun pada bulan-bulan tertentu, maka dengan teori ini, petugas kesehatan  dapat mengantisipasi satu atau dua bulan sebelum ‘waktu’ masa kejadian penyakit yang telah diperkirakan sebelumnya. Artinya, petugas kesehatan bisa menginformasikan ke masyarakat luas untuk secara bersama-sama ikut memikirkan dan melakukan tindakan  mengurangi atau menghilangkan faktor risiko apa saja  berpeluang memicu munculnya penyakit. 
 Fungsi survailens lainnya  dengan mengamati terus-menerus (kontinu) secara sistematis mengenai perubahan dan kecenderungan pola penyakit dan faktor risiko terkait, serta hasil pantauan  dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk ‘data’ yang siap didiseminasikan (sebar-luaskan) untuk diketahui khalayak ramai (masyarakat). Sehingga dapat dilakukan langkah  investigasi dan pengendalian penyakit dengan cepat dan tepat sasaran. Surveilans yang berkesinambungan  memantau kondisi penyakit di masyarakat, hasilnya  memberikan pemahaman yang baik bagi pemangku kepentingan dan  memetakan wilayah tertentu yang penduduknya rawan  terkena masalah kesehatan.  
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan  dilakukan respons pelayanan kesehatan lebih efektif. Surveilans membantu   memonitor kecenderungan atau trend  penyakit. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit,    mendeteksi dini kejadian luar biasa ‘outbreak’, data fasilitas pelayanan kesehatan, menaksir  beban penyakit (disease burden) di masyarakat; menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, evaluasi program,  cakupan dan efektivitas program,  mengidentifikasi kebutuhan riset kesehatan. Semua ini   pada gilirannya  berdampak  menurunnya angka kesakitan dan kematian serta meningkatkan status  kesehatan masyarakat.
Untuk mengoptimalkan peran surveilans, kegiatannya  diperluas dengan melibatkan masyarakat (community surveillance). Pelaksanaannya dengan  merekrut anggota masyarakat untuk dilatih menjadi kader kesehatan yang dapat melaksanakan tugas memantau dan mencatat  data  informasi kesehatan di wilayah kerjanya dan melaporkan secara berkala.  
Surveilans aktif
Surveilans aktif melibatkan  petugas khusus surveilans untuk mendata dan melakukan kunjungan berkala dan berkesinambungan ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, atau tempat pelayanan kesehatan lainnya,  tujuannya mengidentifikasi dan mencatat adanya kasus baru penyakit atau kematian, petugas tersebut aktif  ‘mobile’ mencari dan  aktif dalam penemuan kasus (case finding) penyakit di masyarakat atau  tempat lainnya,  juga  mengkonfirmasi laporan adanya  kasus baru.  Surveilans aktif  dapat mengidentifikasi dan memantau potensi kejadian luar biasa (outbreak) penyakit dan juga trend penyakit di masyarakat.
Surveilans pasif
 Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit  yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Surveilans pasif relatif lebih sederhana  dilakukan hanya saja  kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Ada banyak kasus  tidak terlaporkan karena tidak semua penderita sakit akan mengunjungi fasilitas kesehatan. Keterbatasan lainnya yakni biasanya tingkat pelaporan dan kelengkapannya  rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat ringkas,  mudah  terakses untuk dijadikan referensi dalam pembuatan kebijakan kesehatan.  Setidaknya surveilans pasif  telah berkontribusi  mengendalikan penyakit di masyarakat. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar